Cari Tiket

Trick Eye Museum Singapore
Harga Dewasa: Rp. 235.000,00
Harga Anak: Rp. 235.000,00
Trick Eye Museum Singapore
Trick Eye adalah singkatan dari ‘Trick of the eye’, yang merupakan teknik seni yang merubah lukisan dua dimensi menjadi gambar tiga dimensi melalui penggunaan ilusi optik. Dengan ini, lukisan 2D yang tergantung di dinding, lantai dan langit-langit museum terlihat seperti muncul dari permukaan dan terlihat hidup. Pengunjung dipersilahkan untuk menjelajahi berbagai galeri bertema dengan mata, tangan dan bahkan kamera mereka. Masuk ke dalam lukisan untuk melengkapi narasi visual dengan pose kreatif Anda, dan saksikan cerita “tricky” terungkap di kamera Anda. Di Trick Eye Museum, Anda akan menciptakan kenangan tak terlupakan bersama dengan teman-teman dan keluarga di tengah kegembiraan dan tawa riang, dengan sentuhan pengayaan pendidikan dan budaya.

Please touch! Museum
Anda tidak akan menemukan tanda seperti ‘Don’t Touch’ atau ‘No Flash’. Kami mengajak semua orang untuk menyentuh dan berfoto bersama karya seni. Jika Anda mencari pengalaman yang tidak biasa, Trick Eye Museum adalah tempat yang sempurna untuk berbagi pengalaman luar biasa ini dengan teman-teman dan keluarga.
Tentang Trick Eye
Nama Trick Eye adalah singkatan dari 'Trick of the Eye' yang mengacu pada teknik seni yang merubah lukisan dua dimensi menjadi gambar tiga dimensi melalui penggunaan ilusi optik. Meskipun sejarah merunut kembali ke masa Yunani kuno dan Roma, istilah seni Trompe-L'oeil (Bahasa Prancis untuk tipuan mata) hanya mulai digunakan saat periode Baroque.
Sejarah Trick Eye
Penemuan perspektif di abad ke-14 memicu munculnya manipulasi visual dalam lukisan dan arsitektur yang lebih luas dan rumit. Trompe-L'oeil, teknik seni visual yang menipu mata dengan menciptakan ilusi optik, menjadi populer sebagai potret ilusi realistis di kalangan istana dan elit social Prancis. Teknik ini berakar di Yunani kuno dan Roma, di mana di kota-kota kuno seperti Pompeii beberapa mural terdiri dari pintu, jendela dan lorong-lorong yang dicat untuk menciptakan efek ruang yang lebih luas. Kisah pelukis Yunani kuno Zeuxis dan saingannya Parrhasius mungkin salah satu contoh yang paling sering dikutip ketika menjelaskan Trompe-l'eoil.